Rabu, 05 November 2008

7 faktor sosiologis pengarang yang berpengaruh terhadap penciptaan karyanya.

1. asal sosial: asal sosial adalah latar belakang budaya yang dimiliki oleh pengarang, hal ini biasanya berbias pada hasil karyanga. Contoh, Umar kayam, ia adalah pengarang yang berasal dari kebudayaan (asal sosial) jawa. Oleh karena itu, pada karyanya ia hampir selalu memasukan adat jawa ke dalamnya. Mis: pada para priyayi.
2. kelas sosial: kelas sosial hampir berdekatan dengan asal sosial namun lebih condong kepada strata sosial pengarang di masyarakat, misalnya tingkat pendidikan, maupun, golongan sosialnya. Contoh, Umar Kayam, bias kelas sosialnya ia tuliskan dalam novel para priyayi, sebab ia adalah juga seorang priyayi.
3. seks (jender): seks, adalah pengaruh jenis kelamin dalam pembuatan sebuah karya yang dihasilkan seorang pengarang. Contoh: Pramoedya Anantatoer, selalu mengangkat seorang tokoh perempuat pada setiap karyanya, kerena ia ingin mencitrakan kekagumannya terhadap ibu dan neneknya, yang notabene adalah perempuan.
4. umur: umur adalah, kematangan (usia produktif seorang pengarang. Hal ini biasanya ditandai dengan “kanon” karya yang diciptakan oleh pengarang. Contoh: Umar Kayam mencapai usia produktifnya ketika ia menelurkan karya para priyayi, dan putu wijaya, dalam umur 40-an, ia banyak menelurkan karya-karya terbaiknya, dan ditandai dengan naskah drama “aduh” sebagai puncaknya (kanon).
5. pendidikan : unsur pendidikan biasanya juga sangat berpengaruh terhadap hasil karya seorang pengarang. Misalnya: ketika zaman pujangga baru, ada perbedaan pendapat (mengenai akan di bawa kemana arah kebudayaan Indonesia ini) antara STA dengan Sanusi Pane. Hal ini disebabkan adanya dua pemikiran yang berbeda hasil dari pendidikan yang mereka dapatkan. STA lebih condong agar Indonesia “berkiblat” ke barat, sebab ia lama bersekolah di Belanda. Sedangkan Sanusi Pane lebih condong ke timur, sebab ia berasal dari sekolah lokal.
6. Pekerjaan/profesi: pekerjaan atau profesi seorang pengarang juga sangat menentukan hasil dari penciptaan karya mereka. Biasanya di Indonesia seorang pengarang banyak yang berprofesi sebagai guru, dosen, wartawan, dan juga peneliti. hal ini tentunya berbias dalam karya-karya yang mereka hasilkan. Misalnya, Sapardi djokodamo dalam setiap karyanya pasti memiliki kekompleks-an cerita dan terstruktur dengan baik. Hal ini mungkin bias dari statusnya keilmuannya sebagai seorang guru besar UI, sehingga ia menguasai teori-teori yang kemudian ia terapkan dalam karyanya.
7. Agama: agama adalah variabel paling penting dalam sosiologis pengarang, terutama di Indonesia. Sebab, unsure agama akan berdampak kuat dalam proses kreatif seorang pengarang, bahkan dapat menjadi ciri khas dari pengarang tersebut dalam menulis. contoh: Kuntowijoyo, pengarang ini dalam karya-karyanya selalu memasukan unsur-unsur agama (islam). Hal ini menjadikannya dikenal sebagai seorang pengarang profetik (memuat niali-nilai kenabian),yang kental dengan unsur dakwah.
Fajar>

Tidak ada komentar: